Jumat, 27 Agustus 2010

Diplomasi Ala Kabinet Indonesia Bersatu

Ariandi. Semparuk
Ucapan Duta besar Malaysia untuk Indonesia yang mengatakan rakyat Malaysia sudah tak sabar lagi dengan sikap warga Indonesia yang sering mendemo kedutaannya dan di anggap melecehkan Negara yang merdeka karena hadiah Inggris itu, tambah membangkitkan kemarahan warga Indonesia , dan tak terkecuali masyarakat sambas yang berbatasan langsung dengan Negara “Penampung illegal” itu.
Tampaknya ulah Negara jiran Malaysia yang sangat arogan dan sangat sering mengganggu kedaulatan NKRI membuat gerah dan membangkitkan semangat Nasionalisme warga Sambas yang daerahnya berbatasan langsung dengan Malaysia bagian timur. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa pihak maupun LSM dan ormas di sambas yang menyatakan siap menjadi relawan bila diperlukan bangsa dan tanah air. Hal ini dikarenakan kemarahan masyarakat sudah memuncak dengan sikap Malaysia yang sudah sangat-sangat keterlaluan dan menginjak-injak harga diri bangsa Indonesia. Hal ini dinilai wajar oleh sebagian pihak, saat Pemimpin nasional tak melihatkan sikap tegas dan berani menentukan sikap atas pelanggaran demi pelanggaran perbatasan yang dilakukan Negara yang selalu mengatas namakan serumpun itu. Masih belum lekang dalam ingatan, betapa menyakitkanya saat kehilangan kepulauan simpadan dan ligitan yang direbut oleh Malaysia, claim kepemilikan budaya Indonesia seperti kesenian reok ponoroga, lagu rasa sayange, batik dan lain-lain lagi, serta banyaknya kejadian penyiksaan TKI dan hingga meregang nyawa oleh warga Negara tetangga itu. Dan saat ini yang sedang panas-panasnya masalah penangkapan 3 pejabat DKP yang sedang mengemban tugas mengamankan wilayah Indonesia oleh police marine Malaysia di perairan Indonesia, di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tapi, yang sangat disayangkan adalah saat harga diri bangsa dan Negara Indonesia di injak-injak oleh bangsa lain, Pemerintah Indonesia malah terkesan takut dan tak berdaya menghadapinya dan selalu bersembunyi dibawah topeng diplomasi yang tak tau hulu rimbanya.
Atas nama diplomasi, simpadan dan ligitan lepas pada Malaysia, atas nama diplomasi satu demi satu TKI meregang nyawa dan disiksa warga tetangga, dan atas nama diplomasilah hasil laut dan hutan negara ini dicuri dan digerogoti Negara melayu itu sebagai penampung hasil curian tersebut. Pemerintah selalu menutupi ketakutannya dan kelemahanya dengan kata-kata diplomasi dan bertekuk lutut pada Malaysia dengan alasan diplomasi, masih belum puaskah pemerintah dengan diplomasinya pada Negara hadiah inggris itu ?....
Perang memang bukanlah jalan terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah dengan Negara lain, tetapi bukan juga pilihan yang buruk saat Negara sebesar Indonesia selalu diinjak-injak dan dilecehkan harga dirinya berkali-kali, tapi paling tidak sikap tegas orang nomor satu di Indonesia sangat diharapkan oleh masyarakat yang telah memilihnya sebagai orang yang diberi amanah memmpertahankan kedaulatan dan harga diri bangsa dan tumpah darah Indonesia. Paling tidak masyarakat dapat menilai perbandinganya, saat kedutaan Malaysia di Jakarta di demo masyarakat, saat bendera negaranya dibakar pendemo, kedubes Malaysia untuk Indonesia berani menyatakan dengan tegas bahwa masyarakat Malaysia di negaranya maupun di Indonesia marah dan tak tahan lagi menahan kemarahannya. Dan juga dengan tegas mengatakan jika ini berlanjut maka Malaysia akan menurunkan hubungan diplomatic dengan Indonesia. Lalu, bagaimana sikap pemimpin Negara ini…? Yang berulang kali dilanggar batas wilayahnya, yang dirampok hasil laut dan hutannya, yang disiksa warganya, yang claim budayanya, yang rampas pulaunya,..!!! Apa yang dilakukan pemimpin negri ini ?, apakah cukup hanya dengan nota protes dan keberatan.? Yang ternyata selalu diulangi dan diulangi oleh Negara tetangga tersebut. Dimanakah bangsa Indonesia yang besar, saat dipimpin oleh orang yang bernyali kecil. Kata bijak mengatakan “ Negara besar akan menjadi kecil saat dipimpin oleh orang yang bernyali kecil, dan Negara kecil akan menjadi besar saat dipimpin oleh orang yang bernyali besar”.
Negara ini merindukan pemimpin sekelas Bung Karno, Negara ini membutuhkan panglima TNI seperti Jendral Sudirman, Negara ini memerlukan Diplomat Ulung seperti Bapak Ali Alatas, dan tokoh-tokoh nasional lain yang berani bersikap, tegas, dan rela berkorban demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jangan sampai pada Akhirnya kemarahan rakyat dan bangsa Indonesia pada Malaysia ditumpahkan dan diluapkan pada pemerintah yang dianggap banci dalam bersikap dan terlihat lemah karena selalu mengeluh pada public atas persoalan yang dihadapi pemerintahannya.
Ard_bm.red

Tidak ada komentar:

Posting Komentar